Saturday, February 6, 2016

How Ignorant Are You?

Saya jujur suka denial kalau saya itu extremely overweight.
Having families and friends who never mock me and look down on me because my size, saya selalu berada di comfort zone. I feel loved and I literally don't care with what society thinks of me.

"Keluarga dan teman-teman gw menerima gw apa adanya. Jadi untuk apa gw ngurusin badan? I've lived my whole life like this. Jadi buat apa gw berubah? Gw gendut juga gw masih punya temen kok dan masih banyak yang sayang gw dan gak peduli sama badan gw. Gendut juga bukannya gak normal. Gw normal kayak orang-orang lain dan gw gak nyusahin orang. Buat apa berubah? I'm the same like you guys."

^ P.s: Sebenarnya ini pikiran karena saya sudah pasrah hahahaha.

Kalau masalah percaya diri, saya selalu pede. Dan masalah kecantikan, saya selalu merasa saya cukup OK. (pede maksimal haha)



Orang-orang banyak yang salut dengan kepercaya dirian saya. Tapi sebenarnya sikap tidak kepedulian ini yang sebenarnya fatal. Sampai-sampai saya tidak sadar bobot berlebih saya ini mengancam hidup saya.


Setelah saya melakukan lifestyle changing, baru saya tau dan sadar kalau ternyata orang-orang sekitar saya mengkhawatirkan saya. Orang tua saya ternyata suka sedih melihat saya. Ketika teman-teman sebaya saya dan saudara-saudara sepupu saya bisa berdandan cantik dan seperti gadis pada umumnya, saya stuck dengan kaos oblong dan celana gombrong.
Mama papa saya selalu bilang "ini memang style kamu kok" tapi ternyata dalam hati kecilnya mereka ingin saya, anak perempuan satu-satunya, juga bisa berdandan layaknya gadis pada umumnya.
 Dan ternyata mama saya, takut dan khawatir sekali ketika menstruasi saya tidak lancar.
Padahal dulu, saya ajak ke dokter (karena saya sendiri sudah takut) mama saya santai-santai saja sambil bilang "wajar kok menstruasi gak lancar buat seumur-mu".
 Eh ternyata dia takut dan khawatir sekali. Semua baru terungkap setelah saya berubah. Hahaha.

Nenek saya dulu, juga suka menyuruh saya untuk olah raga. Saya disuruh naik turun tangga. "Apa sih mbah, kayak orang gila!"
Nenek saya cuma bisa ketawa saat itu. Tapi ternyata nenek saya sangat khawatir dengan saya. Waktu tante saya bisa menguruskan berat badan, bukannya didukung, nenek saya malah memarahi tante saya kenapa saya gak diajak. "Orang anaknya gak mau!" kata tante saya saat itu.
"Iya ya, emang seneng makan mau gimana" nenek saya berkata sambil senyum kecut ke mama saya.

Saya tidak sadar, bertahun-tahun saya ternyata sudah membuat mereka sedih. I was that ignorant. I was so careless.

Saya tidak peduli dengan diri saya sendiri. Dan saya tidak sadar, ternyata saya saat itu juga tidak peduli dengan orang-orang yang saya sayangi.

Body positive, body accepting, itu perlu. Kecantikan tidak diukur dari size, itu benar. But don't be too ignorant. Know your limit. For you, and your loved ones.
**

Anyway di post ini, saya ingin mengucapkan terima kasih banyak untuk seluruh keluarga saya, teman-teman sekolah saya, baik teman sekelas, kakak kelas, adik kelas, dari jaman SD sampai SMA, lalu seluruh orang yang kenal saya. Terima kasih karena kalian tidak pernah memandang rendah saya (walaupun mungkin pada awalnya bertemu saya some of you may looked down on me, it's OK, wajar kok ^^;) 

Untuk keluarga saya, terima kasih karena kalian selalu mencintai saya apa adanya.
Untuk teman-teman saya dan seluruh orang yang kenal saya, terima kasih karena kalian mau berteman dengan saya, terima kasih karena kalian tidak mengecualikan saya didalam pertemanan ini (halah)

Terima kasih karena di hampir seumur hidup saya, kalian tidak memberikan gangguan psikis ke saya.
Alhamdulillah, selama saya sekolah, saya tidak pernah merasakan body shaming dari lingkungan sekolah. Saya termasuk orang yang beruntung.
Karena hampir seluruh waktu saya habiskan di sekolah, bayangkan kalau saya di-bully karena bentuk badan, bagaimana psikis saya jadinya. Alhamdulillah saya tidak merasakan hal itu.
Ejekan kecil satu dua pasti ada, tapi tidak pernah sampai bikin saya sakit hati hehe (atau mungkin sempat sakit hati, fortunately saya orangnya cuek dan suka langsung lupa haha)

Terima kasih karena kalian tidak malu jalan dengan saya. Ketika saya sudah mengecil begini, saya baru tau kalau banyak orang yang memandang rendah saya ketika saya jalan di luar (yep, saya memang secuek itu)
Sampai-sampai kakak kandung saya tidak mau jalan bersampingan dengan saya, karena dia tidak tahan melihat orang-orang memandang saya aneh hahaha.
Mungkin saat itu, saat saya jalan dengan kalian, orang-orang juga melihat saya aneh. I just want to say, thanks for sticking with me :)


Kalau body shaming dari lingkungan luar, saya OK-OK aja, karena saya cuma ketemu orang itu paling sekali seumur hidup saya.

Karena itu saya ingin berterima kasih banyak untuk semua teman-temanku tersayang (you all know who you are!) dan seluruh orang yang kenal saya, thank you for treat me like how human should be, unlike some morons out there who thinks that fat people are gross thing ever :)

Anyway, maaf ya kalau terkesan lebay. Tapi ini apa yang saya rasakan sekarang. I'm just super thankful. Karena saya tau banyak teman-teman yang dihina di lingkungan sekolah hanya karena ukuran badan. Jujur, sampai sekarang saya gak ngerti sih kenapa orang gendut dilihat aneh, gak normal, menjijikkan. It's unfair. 

Friday, February 5, 2016

First Step Is Not Easy

Kata-kata tidak ada awal yang mudah, itu nyatanya memang benar.
Semua hal yang kita lakukan pasti awalnya tidak mudah. But we'll eventually will get thru it if we don't give up.

Ok long story short,

Semenjak saya mendapat turning point saya, saya memutuskan untuk ngegym lagi.

Yep. Perjuangan saya bukan hanya sekali ini saja. Saya sudah mencoba berjuang berkali-kali, dan mengalami kegagalan bolak-balik. Enggak, saya enggak melakukan perjuangan hanya sekali ini lalu langsung sukses.

Awalnya saya sudah sempat ngegym, ketika saya lulus SMP (tahun 2009). Itu kesempatan pertama dari Tuhan yang saya sia-siakan. Saya hampir punya kesempatan untuk hidup lebih baik saat itu (dan lebih mudah mungkin ya karena itu jaman-jaman puber). Tapi niat saya saat itu belum ada dan penyakit malas masih senang nempel ke saya, jadinya gagal deh hahaha.

(Note: sebenarnya anak umur 15 tahun tidak boleh ngegym tapi mungkin karena kondisi tubuh saya saat itu memang benar-benar butuh gym jadinya saya pengecualian haha)

Lalu karena saya malas, akhirnya sia-sia. Padahal pas saya awal-awal pertama ngegym berat badan saya bisa dan sempat ke 2 digit loh! Hmm seandainya saya tidak malas saat itu, mungkin saya bisa hidup lebih baik lebih cepat dan tidak sampai mengalami hal-hal mengerikan yang membuat saya mengalami titik balik saya :D Memang penyesalan di akhir itu benar adanya teman-teman.

Ok skip,

Ketika saya mulai masuk SMA (masih di tahun 2009), saya berhenti gym karena alasan pulang sekolah saya sore, jadi capek dan malas kalau harus ke gym habis pulang sekolah.

Lalu tahun 2011, waktu saya kelas 2 SMA, saya coba gym lagi, ini kesempatan kedua yang Tuhan berikan ke saya. Lagi-lagi, gagal. Karena penyakit akut yang namanya malas ini.
Dan saya masih merasa "dipaksa" oleh orang tua saya. Sungguh, kalau melakukan sesuatu tapi kamu merasa terpaksa, dijamin kamu akan selalu gagal.

Mimpi jadi anak SMA, punya badan yang bagus dan bisa pakai seragam SMA yang terkesan dewasa & seksih cuma khayalan belaka dan hanya tinggal kenangan hahaha

**

Last chance

Saya coba ngegym lagi setelah beberapa tahun absen. Awal september 2014 saya ngegym. 15 hari sebelum saya bertambah usia ke kepala dua.

Kata orang, kalau usia sudah kepala dua bakal susah sekali turun berat badan. But I didn't care at all.
Tujuan saya pingin sehat, turun itu bonus. Itu yang saya tanamkan teguh ke pikiran saya saat itu.

Dan benar-benar susah teman-teman.
Saya merasakan sakit luar biasa di telapak kaki saya saat setelah saya selesai treadmill. Padahal saya jalan loh, bukannya lari. Setelah selesai treadmill saya gak bisa jalan, dan harus ditopang ayah saya. Malu dilihat trainer sama orang-orang di gym tapi saya cuma senyum kecut aja waktu itu hahaha.

Pinginnya sehat, malah sakit yang kudapat muahaha :'D

Awal dari segalanya

But did I give up? No. Not anymore.

Kenapa habis treadmill kok malah sakit?
Karena saya sudah lama gak olah raga. Dan kaki saya gak kuat menopang beban saya saat itu. Makanya, jangan nunggu beban-mu sampai tidak kuat menopang kaki-mu dulu untuk olahraga ya teman-teman! 

Turning Point

Turning point is essential for your changes.

It really is.

Jika kalian ingin merubah diri baik in and out, kalian butuh titik balik. Apa yang membuat kalian ingin melakukan perubahan?

In my case, turning point saya adalah ketika saya dapat teguran dan akhirnya tersadar bahwa saya memang benar-benar extremely overweight.

Semuanya berubah sejak saya dapat teguran.

Teguran apa?

  • Jalan dikit sakit. Jalan 10 menit di mall saya tidak sanggup. Telapak kaki saya akan sakit sekali. Ngenyut abis
  • Nafas susah dan dada saya nyelekit seperti disayat
  • Siklus haid tidak lancar bahkan sempat berhenti
  • Pokoknya apa-apa susah deh

Waktu dapat teguran itu (terutama yang dadanya kayak disayat dan susah nafas dan haid tidak lancar), saya seperti disamber petir di siang bolong. Saya langsung merasa kalau saya tidak berubah saat itu, there'll be no more tomorrow for me. Saya merasa ini kesempatan terakhir saya setelah Tuhan memberi banyak kesempatan ke saya yang saya sia-siakan sebelumnya.

Itulah turning point saya.

Saya ingin sehat. Saya masih mencintai diri saya dan saya masih mencintai hidup. Saya-pun juga masih ingin berada di sekitar orang-orang kesayangan saya lebih lama.

Anyway.. Munafik kalau bilang saya tidak mau terlihat lebih cantik dan ingin pakai baju-baju lucu dan dandan seperti teman-teman sebaya saya, of course, I wanted that too.. hahaha.

Tapi itu bukan goal utama saya,  I want to be healthy, for me and my loved ones.

P.S: Turning point saya terjadi di bulan Agustus 2014.

The Beginning

Hmm ok mulai dari mana ya..

*hela nafas*

Ok!! Hai semuanya. Saya Brenda. And to the point, I'd love to share my weight loss and lifestyle changing experience with you. That's why I made this blog.

Please note, saya bukan expert, bukan bermaksud menggurui. Saya hanya ingin berbagi dan mencoba membantu yang nasibnya sama seperti saya.

Saya gemuk dari lahir, dari bayi juga udah keliatan lekuk-lekuk gemuk, dan memang terbukti, makin gede berat badan saya tidak terkontrol.
Kelas 2/3 SD bahkan berat saya 50kg. Obesitas dari kecil (bukan dari ABG lagi LOL) itulah saya.

Dari kelas 3 SMP sampai setahun yang lalu, timbangan saya tidak pernah lepas dari "3 digit".
Tapi setelah saya akhirnya ada niat dan tekat bulat untuk melakukan perubahan, timbangan saya yang bertahun-tahun (almost my whole life!) stuck di 3 digit, kini menjadi 2 digit.

Hence, "From Three Digits To Two"!

Buat yang bingung dan gak ngeh maksudnya 3 digit dan 2 digit, I'll just tell it bluntly, hampir seumur hidup saya berat saya selalu diatas 100 kg. Sekarang alhamdulillah, saya bisa menyingkirkan angka 1 itu di timbangan saya hahaha